KECERDASAN SITI AISYAH

Siti Aisyah, di masa kecilnya ia telah dibimbing oleh syaikhul mukminin dan tokoh paling utama, yaitu ayahnya sendiri Abu Bakar ash-Shiddiq. Di masa remajanya, ia di bawah bimbingan Rasulullah, penuntun seluruh manusia yang sekaligus pengajarnya. Suaminya adalah semulia-mulianya manusia, serta seutama-utama orang, utusan Allah. Sehingga jadilah sosok wanita yang mampu mengkombinasikan ilmu, keutamaan, dan keterangan-keterangan, yang menjadikan namanya senantiasa begaung dalam sejarah.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari, Rasulullah bersabda, “Banyak lelaki yang sempurna, dan tidak ada perempuan yang sempurna kecuali Maryam binti Imran, Asiah istri Fir’aun, dan keutamaan Aisyah atas perempuan lain adalah seperti keutamaan bubur atas makanan lainnya.” (HR. Bukhari).
Siti Aisyah adalah istri yang paling dicintai oleh Rasulullah. Para sahabat tahu betapa besarnya cinta beliau kepadanya. Mayoritas orang menyangka bahwa cinta Rasulullah kepada Aisyah ini hanya karena kecantikan dan kebaikannya saja. Pendapat ini sama sekali tidak bisa diterima. Rasulullah sangat mencintai Aisyah karena memang akhlak mulia atau kesalehannya. Kehidupan Siti Aisyah penuh kemuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah, dan selalu banyak beribadah kepada Allah Berikut ini adalah penjabaran dari beberapa kesalehan Siti Aisyah terhadap Rasulullah sebagai seorang istri.
Siti Aisyah mendapat kehormatan untuk menjadi teman dan sahabat Rasulullah sejak kecil hingga menjelang dewasa. Ia menghabiskan masa ini di bawah naungan dan perlindungan Rasulullah yang mulia, yang diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Ia menjadi istri yang paling banyak karyanya dan paling banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah. Allah menggambarkan betapa agung sifat dan akhlak Rasulullah sebagai maha guru, dengan firman-Nya, “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam: 4).
Pendidikan agung dan persahabatan dengan Rasulullah inilah yang mengantarkan Aisyah kepada akhlak mulia dan kedudukan tinggi yang dianggap sebagai puncak ketinggian spiritual dan akhir ketinggian nilai kemanusiaan yang penuh pesona.
Persetujuan Rasulullah untuk menikahi Aisyah pada usia dini, sebagaimana telah dijelaskan di atas, merupakan bukti nyata bahwa Aisyah memiliki kecerdasan dan kelebihan tersendiri sejak masih kanak-kanak. Sejak kecil Aisyah memiliki daya pikir yang tajam dan kritis, juga pandai menyimpulkan segala sesuatu dan menentukan hukumnya.
Abu Bakar telah bertekad mendidik putra-putrinya, termasuk Siti Aisyah. Bukti dari tekad itu ialah Abu Bakar sering memarahi mereka, kendati karena hal sepele. Masa belajar Aisyah yang sebenarnya memang diawali sejak mulai berumah tangga dengan Rasulullah. Selama itu, ia belajar membaca dan menulis. Ia juga telah mampu membaca al-Qur’an dengan melihat (bukan dengan hafalan).
Bagi Siti Aisyah, tidak ada jam tertentu untuk menuntut ilmu, karena sang pengajar syariat (Rasulullah) berada di rumahnya. Aisyah bernasib mujur dapat belajar siang dan malam. Sementara itu, majelis ilmu dan pengajian selalu diadakan di masjid Nabawi setiap hari. Di mana, bilik Aisyah menempel dengan masjid tersebut, sehingga ia punya kesempatan luas untuk mendengarkan pelajaran yang disampaikan Rasulullah di pengajian tersebut. Saat menemukan masalah yang sulit untuk dipecahkan, atau tidak bisa mendengarkan pengajian dengan baik, Aisyah selalu meminta penjelasan kepada Rasulullah sesampainya di rumah. Dengan kata lain, salah satu tabiat Aisyah adalah memiliki rasa ingin tahu yang besar dan banyak bertanya.
Siti Aisyah merupakan wanita yang banyak menghafalkan hadits-hadits Rasulullah. Ia juga dikenal sebagai perawi hadits yang mengistinbath hukum sendiri ketika kejelasan hukumnya tidak ditemukan dalam al-Qur’an dan hadits lain. Oleh karena itu, Aisyah termasuk seorang perawi hadits yang handal. Ia meriwayatkan hadits dari Rasulullah sebanyak 2210 hadits. Di antaranya terdapat dalam kitab Shahih Bukhari Muslim sebanyak 297. sehingga para ahli hadits menempatkan Aisyah pada urutan kelima dari tujuh orang sahabat penghafal hadits.
Hal yang membedakan Aisyah dari Ummul Mukminin lainnya adalah ilmunya yang sangat matang dan luas tentang segala perkara yang berhubungan dengan agama, berupa ilmu al-Qur’an, tafsir, hadits, dan fikih. Ia juga matang dalam melakukan ijtihad dan meneliti berbagai permasalahan. Ia pun mampu menyimpulkan hukum atas peristiwa-peristiwa yang baru.

Sumber:
  • Arief, Nurhaeni. Engkau Bidadari Para Penghuni Surga, Kisah Teladan Wanita Saleha. Kafila: Yogyakarta: 2008
  • al-Istambuli, Mahmud Mahdi dan Asy-Syalbi. Wanita-wanita Sholihah dalam Cahaya Kenabian. Muh. Azhar (terj.). Mitra Pustaka: Yogyakarta. 2002
  • an-Nadawi, Sulaiman. ‘Aisyah, The Greatest Woman in Islam. Firdaus (terj.). Qisthi: Jakarta. 2007
  • Taman, Muslich. Pesona Dua Ummul Mukminin, Teladan Terbaik Menjadi Wanita Sukses dan Mulia. Pustaka Al-Kautsar: Jakarta. 2008

Fatimah Az Zahra RA, Puteri Kesayangan Muhammad SAW

”Fatimah adalah bagian dariku, siapa yang menyakitinya berarti menyakitiku, siapa yang membuatnya gembira maka ia telah membahagiakanku.” (Al Hadis) Di kalangan suku Quraisy, Fatimah dikenal fasih dan pintar. Ia meriwayatkan hadis dari ayahnya kepada kedua putranya Hasan dan Husein, suaminya Ali bin Abi Thalib, Aisyah, Ummu Salamah, Salma Ummu Rafi’, dan Anas bin Malik.
Kata ‘Fatimah’ berasal dari suku kata ‘Fathama’ yang berarti menyapih atau menghentikan atau menjauhkan. Sebuah riwayat marfu’ menyebutkan, dinamakan ‘Fatimah’ karena Allah Ta’ala menjamin menjauhkan putri bungsu Nabi SAW berikut seluruh keturunannya dari neraka. Riwayat ini diketengahkan oleh al Hafidz ad-Dimasyqi. Sementara riwayat versi an-Nasa-i menyebutkan bahwa Allah Ta’ala akan membebaskan Fatimah beserta orang-orang yang mencintainya dari neraka.
Fatimah juga disebut al-Battul yang berarti memisahkan, karena kenyataannya ia memang terpisah atau berbeda dari wanita-wanita lain sesamanya, baik dari segi keutamaan, agama dan kecantikannya. Ada yang mengatakan, karena ia memisahkan diri dari keduniaan untuk mendekat kepada Allah Ta’ala.
Fatimah Az-Zahra sangat terkenal di dunia Islam, karena hidup paling dekat dan paling lama bersama Nabi Muhammad SAW. Dari dialah keturunan Nabi Muhammad berkembang yang tersebar di hampir semua negeri Islam. Di kalangan penganut syiah, dia dan Ali bin Abi Thalib dianggap sebagai ahlulbait (pewaris kepemimpinan) Nabi Muhammad SAW.
Fatimah dilahirkan di Makkah pada 20 Jumadil Akhir, 18 tahun sebelum Nabi Muhammad hijrah atau di tahun kelima dari kerasulannya. Dia adalah putri bungsu Nabi Muhammad SAW setelah Zainab, Ruqayah dan Ummu Kaltsum. Saudara laki-lakinya yang tertua Qasim dan Abdullah, meninggal dunia pada usia muda.
Setahun setelah hijrah, Fatimah dinikahkan dengan Ali bin bi Thalib. Banyak yang ingin menikahinya kala itu. Maklum saja, selain rupawan, ia adalah perempuan terhormat, anak Rasulullah SAW. Dia pernah hendak dilamar oleh Abu Bakar dan Umar, keduanya sahabat Nabi Muhammad SAW, namun ditolak secara halus oleh Rasulullah SAW.
Sementara itu, Ali tidak berani melamar Fatimah karena kemiskinannya. Namun Nabi Muhammad SAW mendorongnya dengan memberi bantuan sekadarnya untuk persiapan rumah tangga mereka. Maskawinnya sebesar 500 dirham (10 gram emas), sebagian diperolehnya dengan menjual baju besinya. Nabi Muhammad SAW memilih Ali sebagai suami Fatimah karena ia adalah anggota keluarga yang sangat arif dan terpelajar, di samping merupakan orang pertama yang memeluk Islam.
Dari perkawinan Fatimah dan Ali, lahirlah Hasan dan Husein. Keduanya terkenal sebagai tokoh yang meninggal terbunuh di Karbala. Tak lama kemudian lahir berturut-turut: Muhsin serta tiga orang putri, Zaenab, Ummu Kaltsum, dan Ruqoyyah.
Kehidupan rumah tangga Fatimah sangatlah sederhana, bahkan sering juga kekurangan. Beberapa kali ia harus menggadaikan barang-barang keperluan rumah tangga mereka untuk membeli makanan, sampai-sampai kerudung Fatimah pernah digadaikan kepada seorang Yahudi Madinah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka. Namun demikian, mereka tetap bahagia, lestari sebagai suami istri sampai akhir hayat.
Fatimah adalah putri kesayangan Rasulullah SAW. Suatu waktu Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan kepada Ali, ”Fatimah adalah bagian dariku, siapa yang menyakitinya berarti menyakitiku, siapa yang membuatnya gembira, maka ia telah membahagiakanku.” Ini dikatakan oleh Rasulullah SAW sehubungan dengan keinginan seorang tokoh Quraisy untuk menikahkan anak perempuannya kepada Ali. Ali tidak menolak tetapi segera dicegah oleh Rasulullah SAW.
Sikap Nabi Muhammad SAW semakin keras ketika Abu Jahal manawarkan anak perempuannya kepada Ali. Nabi Muhammad SAW mengatakan, ”Ceraikan dulu Fatimah jika Ali berniat untuk menikahkannya.” Ini merupakan bukti kuat akan kecintaan Rasulullah SAW kepada putri bungsunya ini. Memang Nabi Muhammad SAW sangat sayang kepada Fatimah. Sewaktu Nabi Muhammad SAW sakit keras menjelang wafatnya, Fatimah tiada hentinya menagis.
Nabi Muhammad SAW memanggilnya dan berbisik kepadanya, tangisannya semakin bertambah, lalu Rasulullah SAW berbisik lagi dan dia pun tersenyum. Kemudian hal tersebut ditanyakan orang kepada Fatimah, dan dia menjawab bahwa dia menagis karena ayahnya memberitahukan kepadanya bahwa tak lama lagi sang ayah akan meninggal, tapi dia tersenyum karena seperti kata ayahnya, dialah yang pertama akan menjumpainya di akhirat nanti.
Fatimah meninggal tak sampai selang setahun dari ayahnya. Diriwayatkan dari Aisyah RA, ”Fatimah wafat setelah enam bulan ayahnya, Rasulullah SAW, tepatnya pada hari Selasa bulan Ramadlan tahun 11 Hijriyah. Fatimah RA wafat dalam usia 28 tahun. Merasa ajal seudah dekat, dia membersihkan dirinya, memakai pakaian yang terbaik, memakai wewangian dibantu oleh iparnya, Asma bin Abi Thalib. Dia meninggal dengan satu pesan; hanya Ali, suaminya, yang boleh menyentuh tubuhnya.” Fatimah adalah seorang wanita yang agung, seorang ahli hukum Islam. Dia adalah tokoh wanita dalam bidang kemasyarakatan, orangnya sangat sabar dan bersahaja, dan akhlaknya sangat mulia.

Tabloid Jumat Republika

Copyright © 2012 JH