Catatan Malam Pilihan

Shollahudin Al-Ayyubi

Pernahkah engkau mendengar kisah pembebasan Al-Aqso, 'rumah' Allah yang diberkahi. Akulah pengukir tinta emas itu, seorang panglima perang, Sholahudin Al-Ayyubi. Orang-orang yang hidup di zamanku mengenalku tak lebih dari seorang panglima yang selalu menjaga sholat berjamaah. Kesenanganku adalah mendengarkan bacaan Al-Quran yang indah dan syahdu. Malam-malamku adalah saat yang paling ku tunggu. Saat-saat dimana aku bercengkrama dengan Robb-ku. Sedangkan siang hariku adalah perjuangan-perjuangan nyata, sebagai bukti cintaku pada-Nya.

Sultan Muhammad Al-Fatih

Pernahkah kau mendengar kisah penaklukan konstantinopel? Akulah dibalik penaklukan itu, Sultan Muhammad Al-Fatih. Aku sangat lihai dalam memimpin bala tentaraku. Namun tahukah kau bahwa sehari sebelum penaklukan itu, aku telah memerintahkan kepada pasukanku untuk berpuasa di siang harinya. Dan saat malam tiba, kami laksanakan sholat malam dan munajat penuh harap akan pertolongan-Nya.

Jika Alloh memberikan kematian kepada kami pada siang hari disaat kami berjuang, maka kasyahidan itulah harapan kami yang terbesar. Biarlah siang hari kami berada di ujung kematian, namun sebelum itu, diujung malamnya Alloh temukan kami berada dalam kehidupan. Kehidupan dengan menghidupi malam kami.

Nuruddin Mahmud Zanki

Pernahkah kau mendengar namaku disebut? Nuruddin Mahmud Zanki. Sejarah mencatatku sebagai sang penakluk kesombongan pasukan salib. Suatu kali seorang ulama tersohor Ibnu Katsir mengomentari diriku, katanya, ”Nuruddin itu kecanduan sholat malam, banyak berpuasa dan berjihad dengan akidah yang benar”. Kemenangan demi kemenangan aku raih bersama pasukanku. Bahkan pasukan musuh itu terlibat dalam suatu perbincangan seru. Kata mereka, ”Nuruddin Mahmud Zanki menang bukan karena pasukannya yang banyak, tetapi lebih, ia mempunyai rahasia dengan tuhannya”. Aku tersenyum, mereka memang benar.

Kemenangan yang kuraih adalah karena do’a dan sholat-sholat malamku yang penuh kekhusyuan. Tahukah kau siapa orang yang selalu setia mendampingiku? Dialah isteriku tercinta, Khotun binti Attabik. Dia adalah isteri solehah dimataku, terlebih dimata Alloh. Pernah ada kejadian yang membuat belahan jiwaku murung tak terbias senyuman di bibirnya. Lalu ku tanya gerangan apa yang telah terjadi wahai isteriku? Ternyata dia menyesal karena semalam ia tidak menunaikan sholat malam karena tak ada yang membangunkannya. Astaghfirulloh... Aku menyesal telah membuat ia kecewa karena tak ada yang membangunkannya. Dan sejak saat itu aku mempekerjakan seseorang khusus untuk membangunkan ia di sepertiga malam.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2012 JH